Percepat Penurunan Stunting di NTT, Kapolda NTT Instruksikan PJU, Kapolres dan Kapolsek Untuk Jadi Orang Tua Asuh Anak Stunting
Kapolda NTT Irjen Pol. Drs. Johni Asadoma, M.Hum menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Bhayangkari Daerah NTT beserta pengurus yang telah mengadakan acara sosialisasi dan pencanagan orang tua asuh anak stunting secara tatap muka maupun darring/hybrid, Rabu (15/3/23).
Acara tersebut diselenggarakan dalam menyongsong peringatan ulang tahun ke-43 Yayasan Kemala Bhayangkari bagi Polda NTT dengan program orang tua asuh bagi anak-anak stunting di NTT.
“Kegiatan webinar ini, merupakan momentum yang sangat penting dalam upaya memberikan pemahaman tentang stunting dan permasalahan yang akan timbul di masyarakat. Tentu polri dalam tugas dan tanggung jawabnya dituntut untuk memiliki kepedulian terkait stunting dimaksud. Oleh karena itu, kitapun berharap masyarakat Nusa Tenggara Timur dapat mengetahui dan memahami bahwa pertumbuhan anak mulai dari balita sampai usia dewasa sangat diperlukan guna mencapai masa depan yang diharapkan. Dalam upaya percepatan penurunan stunting agar dapat mencapai target nasional sebesar 14% pada tahun 2024, maka sebagai wujud keseriusan, Polda NTT membentuk program gerakan orang tua asuh anak stunting (gotaas), guna mendorong percepatan penurunan angka stunting di bumi flobamora”ujar Kapolda NTT dalam sambutannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya sehinga kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia umur 2 tahun. Stunting bukan hanya urusan tinggi badan anak. Hal yang perlu diwaspadai adalah menurunnya kemampuan belajar anak, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis.
Untuk diketahui bahwa, pada pencanangan orang tua asuh anak stunting kali ini, sebanyak 105 anak yang dihadirkan dari polres jajaran dan hadir bersama kita ada 5 anak yang di asuh oleh Polres Kupang Kota. Oleh karenanya kita berharap pada tingkat Polda para PJU dan seluruh satker dapat mengambil bagian menjadi orang tua asuh.
“Kita patut berbangga, karena sudah ada Kapolsek di Polres Alor yang memulai menjadi orang tua asuh bagi puluhan anak stunting di kabupaten alor. Oleh sebab itu, saya instrusikan kepada para PJU, Kapolres dan Kapolsek untuk menjadi orang tua asuh anak stunting. Langkah awal pembiayaan program ini akan di dukung oleh dinas dimana seluruh Kapolres sudah berkomitmen, dengan para Bhayangkari yang menjadi ujung tombak eksekutor di lapangan”lanjutnya.
Untuk diketahui bersama berdasarkan survei status gizi indonesia (ssgi) kementerian kesehatan, prevalensi balita stunting di indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun 2021. Namun untuk provinsi NTT berada pada ututan pertama balita stunting yakni 35,3% dari 34 provinsi. Namun ada perbedaan data antara kementerian kesehatan RI dan Pemprov NTT dimana berdasarkan rilis data dinas kesehatan provinsi NTT akhir tahun 2022 bahwa, trend perkembangan data stunting periode agustus 2021 dan agustus 2022, cenderung turun dari 20,9 persen tahun 2021 menjadi 17,7 persen tahun 2022 atau 77.338 balita stunting.
Meski masih bertengger di posisi puncak, namun prevalensi balita stunting di NTT menurun dari 2021 yang sebesar 37,8%. Selanjutnya, Sulawesi Barat di peringkat kedua dengan prevalensi balita stunting sebesar 35%. Lalu, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat memiliki prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 34,6% dan 32,7%. Terdapat 18 provinsi dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka nasional. Sisanya, 16 provinsi berada di bawah rata-rata angka stunting nasional. Di sisi lain, Bali menempati prevalensi balita stunting terendah nasional. Persentasenya hanya 8% atau jauh di bawah angka stunting nasional pada 2022.
“Sekali lagi saya instrusikan kepada jajaran Polri Polda NTT untuk berkolaborasi, bahu membahu agar dapat mendukung dan mengawal pelaksanaan percepatan penurunan stunting khususnya di Provinsi NTT. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian, tetapi memerlukan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak. Anak-anak bangsa adalah bagian dari masa kini dan masa depan. Sekarang kita rawat mereka, kelak mereka yang merawat bangsa”pungkas Kapolda NTT.
Kegiatan ini dihadiri Wakapolda NTT Brigjen Pol. Drs. Herri Sulistianto, Irwasda Polda NTT serta para pejabat utama Polda NTT. Hadir juga Ketua Bhayangkari Daerah NTT Ny. Vera Johni Asadama beserta Pengurus Daerah dan Yayasan Kemala Bhayangkari Daerah. Sementara para Kapolres jajaran dan Ketua Cabang se-daerah NTT yang mengikutinya secara daring.