Bocah Terseret Arus Leonard Laimeheriwa: Aipda Joel Bolang Bagaikan Malaikat yang dikirim Tuhan
Pasca kejadian terseretnya seorang Bocah yang terseret arus Leonard Laimeheriwa (11) di sungai Beleno Kupang pada Minggu (16/5/2021), Direktur Polair Polda NTT Kombes Pol. Andreas Heri Susi Darto, S.I.K. mengunjungi orang tua dari anak tersebut, Rabu (19/5/2021).
Leonard Laimeheriwa (11) yang biasa disapa Leon ini berhasil diselamatkan oleh Aipda Joel Bolang Anggota Ditpolair Polda NTT satu hari setelah dinyatakan hilang selama kurang lebih 20 jam.
Dikesempatan tersebut orangtua Leon menyambut hangat kunjungan Polair Polda NTT Kombes Pol. Andreas Heri Susi Darto, S.I.K. yang didamping sang penyelamat korban Aipda Joel Bolang.
“Kami atas nama orangtua dari anak leon mengucapkan terima kasih kepada Polda NTT dalam hal ini jajaran Ditpolair Polda NTT khususnya kepada anggota yang menyelamatkan anak kami Aipda Joel Bolang. Dimana Aipda Joel sudah bersusah payah menembus arus sampai bisa menemukan anak kami, begitu ketemu Leon masih diajarkan juga bagaimana menggunakan regulator dan membawa anak kami keluar dari gua melewati pusaran air yang cukup deras. Tak henti-hentinya kami ucapkan terima kasih banyak untuk keselamatan yang diberikan bagi anak kami, Aipda Joel merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan dalam menyelamatkan anak kami"ujar Jidon Laimeheriwa Ayah kandung Korban.
Leonard Laimeheriwa juga mengisahkan bahwa saat ia terpeleset karena menginjak batu yang licin, dirinya lang terseret air dan jatuh kedalam goa.
"Begitu terseret air saya masih minta tolong kepada teman, tapi karena arus ait uang cukup deras saya langsung jatuh ke gua. Tangan kiti saya langsung memegang akar pohon, dalam hati saya takut mama bersama rombongan meninggalkan saya sendiri dia dalam. Sayapun tidak lupa berdoa meminta Tuhan menolong saya dan tetap bertahan memegang akar pohon sampai om Joel datang dan menolong saya"ujar Leonard mengingat kejadian itu.
Aipda Joel, bagi Leonard merupakan malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menyelamatkannya. Iapun bertekad ingin menjadi Polisi agar dapat membantu masyarakat yang membutuhkan.
"Terima kasih bayak kepada om Joel Bolang yang telah menyelamatkan saya. Semoga suatu saat nanti saya menjadi Polisi Polair supaya bisa membantu masyarakat"ujar Leonard.
Menurut kisah dari Aipda Joel Bolang, pada Minggu malam ia mendapat perintah langsung dari Dirpolair Polda NTT untuk segera ke sungai Bileno Rt 06/ Rw 03. Dusun II Bileno, Desa Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang.
Saat itu juga Aipda Joel bersama 2 orang rekan penyelam dari Ditpolair Polda NTT langsung berangkat dengan membawa peralatan seperlunya. Senin (17/5/20210 sekitar pukul 03.00 Wita, tim penyelam dari Ditpolair Polda NTT tiba lokasi kejadian. Menunggu matahari terbit tim penyelam dan Basarnas melakakuan pencarian terhadap korban yang diduga tenggelam.
“Setelah melakukan sorvei terhadap medan, tiga kali kami melakukan penyelaman namun gagal karena arus sungai dan juga jarak pandang terbatas Cuma 1 jengkal tangan. Kamipun berusahan mencari apakan ada rungan-rungan di bawah air terjun. Setelah melakukan penyelaman yang ke empat kalinya saya sendiri yang berhasil melewati arus yang besar dan berupaya mencari kemungkinan adanya ruangan dimanfaatkan oleh korban atau tersangkut di celah-celah batu tersebut’’jelas Aipda Joel di Mako Ditpolair Polda NTT pada Selasa (18/5/2021).
Setelah dua meter di dalam goa, Aipda Joel menemukan adanya kaki diatas kepalanya. “Saya pikir itu kaki rekan salah satu penyelam dari Bhasarnas, saya tarik tapi diam saja tidak ada respon. Dalam hati saya bilang ini pasti korban yang sudah meninggal. Saya mencoba menarik sekali lagi kaki tersebut, tiba-tiba ada gerakan sayapun langsung senang karena ternyata korbannya masih hidup. Saya langsung naik ke permukaan dan menemukan korban sedang memegang akar pohon dan kedinginan”lanjutnya.
Iapun langsung mengajak komunikasi namun korban sangat pasif, kemungkinan ia masih trauma karena terkurung hampir 20 jam lamanya di ruangan yang sangat gelap. Aipda Joel tidak kehilangan akal, ia perlahan berusaha mengembalikan mentalnya dengan mengajak bercerita dan bertanya-tanya kepada bocah tersebut.
“Setelah kesadarannya agak pulih, saya mulai berpikir bagaimana menyelamatkan korban. Ada tiga kemungkinan usaha penyelamatan yang pertama jalan keluarnya tidak ada, diatas ruangan (goa) tersebut ada air, kedua apabila saya tinggalkan dan meminta bantuan takutnya anak ini berpikiran saya meninggalkannya dan yang ketiga saya mengajari korban menggunakan regulator cadangan yang ada di alat selam. Saya memakai pilihan ketiga dalam menyelamatkan bocah tersebut, ia berpegangan pada rompi selam dan kakinya melingkar dipinggang saya. Kami berduapun loncat kedalam air dan sempat melewati pusaran hingga akhirnya ke permukaan air sudah banyak orang yang menunggu kedatangan kami"ungkapnya